(sumber : wikipedia)
Mesir berbentuk
republik sejak
18 Juni 1953, Mesir adalah negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia.
Mohamed Hosni Mubarak telah menjabat sebagai
Presiden Mesir selama lima periode, sejak
14 Oktober 1981 setelah pembunuhan Presiden
Mohammed Anwar el-Sadat. Selain itu, ia juga pemimpin
Partai Demokrat Nasional.
Perdana Menteri Mesir,
Dr. Ahmed Nazif dilantik pada
9 Juli 2004 untuk menggantikan Dr.
Atef Ebeid.
Kekuasaan di Mesir diatur dengan sistem
semipresidensial multipartai.
Secara teoritis, kekuasaan eksekutif dibagi antara presiden dan perdana
menteri namun dalam prakteknya kekuasaan terpusat pada presiden, yang
selama ini dipilih dalam pemilu dengan kandidat tunggal. Mesir juga
mengadakan pemilu parlemen multipartai.
Pada akhir
Februari 2005, Presiden Mubarak mengumumkan perubahan aturan pemilihan presiden menuju ke pemilu multikandidat. Untuk pertama kalinya sejak
1952,
rakyat Mesir mendapat kesempatan untuk memilih pemimpin dari daftar
berbagai kandidat. Namun, aturan yang baru juga menerapkan berbagai
batasan sehingga berbagai tokoh, seperti
Ayman Nour, tidak bisa bersaing dalam pemilihan dan Mubarak pun kembali menang dalam pemilu.
Pada akhir Januari 2011 rakyat Mesir menuntut Presiden yang sekarang berkuasa
Hosni Mubarak untuk meletakan jabatannya. Hingga 18 hari aksi demonstrasi besar-besaran menuntut Presiden
Hosni Mubarak
mundur, akhirnya pada tanggal 11 Februari 2011 Hosni Mubarak resmi
mengundurkan diri. Pengunduran diri Hosni Mubarak ini disambut baik oleh
rakyatnya, dan disambut baik oleh dunia Internasional.
Pada 4 Juli 2013, Panglima Angkatan Bersenjata Mesir Jenderal Abdel
Fatah Al Sisi mengumumkan adanya revolusi untuk mengamankan Mesir, yang
bertujuan untuk menggulingkan Moursi. Moursi sendiri adalah presiden
pertama Mesir yang dipilih secara demokrasi.
[1]
Sejarah
Mesir Arab dan Utsmaniyah
Selim I (1470–1520), penakluk Mesir
Bizantium mampu membangun kontrol di
negara itu setelah invasi singkat
Persia pada awal
abad ke-7, sampai
639-
42, ketika Mesir di
invasi dan
ditaklukkan oleh Khalifah oleh
Muslim Arab. Ketika mereka mengalahkan tentara
Bizantium di Mesir, orang Arab membawa
Islam Sunni kesana. Pada awal periode, orang Mesir mulai membaurkan iman mereka kepercayaan
adat dan praktik, yang menyebabkan berbagai tarekat
Sufi berkembang sampai hari ini.
[2] Ritus-ritus ini selamat dari
Gereja Ortodoks Koptik Alexandria.
[3]
Penguasa Muslim ditunjuk
kekhalifahan Islam untuk tetap in
menguasai Mesir selama enam
abad berikutnya, dengan
Kairo sebagai pusat kekhalifahan dibawah
Fatimiyah. Dengan berakhirnya
Dinasti Ayyubiyah Kurdi,
Mamluk, sebuah kasta
militer Turko-
Sirkasia, mengambil kontrol pada
1250 M. Pada akhir
abad ke-13, Mesir menghubungkan
Laut Merah,
India,
Malaya, dan
Samudra Hindia.
[4] Mereka terus memerintah negara itu sampai
penaklukan Mesir oleh
Turki Utsmaniyah pada
1517, yang setelahnya Mesir akan menjadi provinsi dari
Kesultanan Utsmaniyah. Sekitar 40% populasi Mesir pada pertengahan
abad ke-14 terbunuh oleh
Kematian Hitam.
[5]
Setelah
abad ke-15, invasi
Utsmaniyah menekan sistem Mesir mengalami kemunduran. Militarisasi defensif merusak masyarakat sipil dan institusi
ekonomi.
[4]
Melemahnya sistem ekonomi yang dikombinasikan dengan efek dari penyakit
pes yang meninggalkan Mesir yang membuat ia rentan dari
invasi asing. Pedagang
Portugis mengambil alih perdagangan mereka.
[4] Mesir mengalami enam kelaparan antara
1687 dan
1731.
[6] Kelaparan 1784 menyebabkan kerugian yang kira-kira seperenam dari penduduknya.
[7]
Invasi Perancis di Mesir yang singkat itu dipimpin oleh
Napoleon Bonaparte yang dimulai pada
1798. Pengusiran Peranci pada
1801 oleh tentara
Utsmaniyah,
Mamluk, dan
Britania diikuti dengan empat tahun masa anarki sewaktu bangsa Utsmaniyah, Mamluk, dan
Albania -- yang biasanya tunduk kepada Utsmaniyah—saling berebut kekuasaan. Saat kekacauan ini, komandan resimen Albania,
Muhammad Ali (
Kavalali Mehmed Ali Pasha) muncul sebagai tokoh, dan pada
1805 tanpa sepengetahuan
Sultan di
Istanbul, Muhammad Ali diangkat sebagai
raja muda di Mesir.
Ekonomi
Ekonomi Mesir sangat tergantung pada pertanian, media, ekspor minyak
bumi, ekspor gas alam, dan pariwisata, terdapat pula lebih dari tiga
juta orang Mesir bekerja di luar negeri, terutama di Arab Saudi, Teluk
Persia dan Eropa. Penyelesaian Bendungan tinggi Aswan pada tahun 1970
dan resultan Danau Nasser telah menghasilkan tempat yang dihormati
sepanjang masa dari Sungai Nil dalam pertanian dan ekologi negara Mesir.
Sebuah populasi yang berkembang pesat, lahan pertanian terbatas, dan
semua ketergantungan pada Sungai Nil terus membebani sumber daya dan
menekankan ekonomi.
[8]
Demografi
Mesir merupakan negara
Arab paling banyak penduduknya sekitar 74 juta orang. Hampir seluruh populasi terpusat di sepanjang
Sungai Nil, terutama
Iskandariyah dan
Kairo, dan sepanjang Delta Nil dan dekat
Terusan Suez. Hampir 90% dari populasinya adalah pemeluk
Islam dan sisanya
Kristen (terutama denominasi
Coptic).
Penduduk Mesir hampir homogenous. Pengaruh
Mediterania
(seperti Arab dan Italia) dan Arab muncul di utara, dan ada beberapa
penduduk asli hitam di selatan. Banyak teori telah diusulkan mengenai
asal-usul orang Mesir, namun tidak ada yang konklusif, dan yang paling
banyak diterima adalah masyarakat Mesir merupakan campuran dari orang
Afrika Timur dan Asiatik yang pindah ke lembah Nil setelah
zaman es. Orang Mesir menggunakan bahasa dari keluarga
Afro-Asiatik (sebelumnya dikenal sebagai
Hamito-semitic).
Pembagian Administratif
Mesir dibagi menjadi 26
governorat (
muhafazat; tunggal –
muhafazah):
Agama
Agama memiliki peranan besar dalam kehidupan di Mesir. Secara tak resmi,
adzan yang dikumandangkan lima kali sehari menjadi penentu berbagai kegiatan.
Kairo juga dikenal dengan berbagai
menara masjid dan
gereja. Menurut
konstitusi Mesir, semua perundang-undangan harus sesuai dengan
hukum Islam. Negara mengakui
mazhab Hanafi lewat
Kementerian Agama. Imam dilatih di sekolah keahlian untuk imam dan di
Universitas Al-Azhar, yang memiliki komite untuk memberikan
fatwa untuk masalah agama.
90% dari penduduk Mesir adalah penganut
Islam, mayoritas
Sunni dan sebagian juga menganut ajaran
Sufi lokal. Sekitar 10% penduduk Mesir menganut agama
Kristen; 78% dalam denominasi
Koptik (
Koptik Ortodoks,
Katolik Koptik, dan
Protestan Koptik).
Pendidikan
Secara historis, modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari
pengenalan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Napoleon Bonaparte
pada saat penaklukan Mesir. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dicapai
Napoleon Bonaparte yang berkebangsaan
Perancis
ini, memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharu Mesir untuk
melakukan modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggapnya stagnan. Di
antara tokoh-tokoh tersebut
Jamaluddin al-Afghani,
Muhammad Abduh, dan
Muhammad Ali Pasha. Dua yang terakhir, secara historis, kiprahnya paling menonjol jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain.
Sistem Pendidikan di negara Mesir meliputi:
- Sekolah Dasar (Ibtida’i).
- Sekolah Menengah Pertama (I’dadi).
- Sekolah Menengah Atas (Tsanawiyah ‘Ammah).
- Pendidikan Tinggi (Jami‘ah).